Kotak link

Translate

WARTA NUSANTARA

Rabu, 13 April 2016

PTK Versi LPMP

Ini adalah format PTK untuk pengajuan PAK bagi para guru PNS dan untuk kegiatan KKG bermutu.
Bagian pembuka
  • Halaman judul
  • Lembar pengesahan
  • Berita acara seminar (baru)
  • Kata pengantar
  • Daftar isi
  • Daftar tabel
  • Daftar gambar
  • Daftar lampiran
  • Abstrak/ringkasan
Bab I
PENDAHULUAN
  • Latar belakang masalah
  • Identifikasi masalah
  • Pembatasan masalah
  • Rumusan masalah
  • Tujuan penelitian
  • Manfaat penelitian
Bab II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
  • Kajian teori
  • Penelitian yang relevan
  • Kerangka berfikir
  • Hipotesis tindakan
Bab III
METODOLODI/METODE/ PROSEDUR PENELITIAN
  • Setting penelitian
  • Subyek penelitian
  • Sumber data
  • Teknik dan alat pengumpulan data
  • Validasi data
  • Analisis data
  • Indikator kinerja
  • Prosedur penelitian
Bab IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
  • Deskripsi kondisi awal
  • Deskripsi siklus 1
1. perencanaan tindakan
2. pelaksanaan tindakan
3. pengamatan tindakan
4. refleksi hasil tindakan
  • Deskripsi siklus 2
spt siklus 1
  • Pembahasan/diskusi
  • Hasil tindakan
Bab V
PENUTUP
  • Simpulan
  • Implikasi
  • Saran

Eksperimentasi Pembelajaran “Think-Pair-Share” Dengan Pendekatan Matematika Realistik dan “Numbered Heads Together” dengan Pendekatan Matematika Realistik terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Kecerdasan Interpersonal Siswa di Kabupaten Gunungkidul

ABSTRAK
Sulistyana NIM S851108070.Eksperimentasi Pembelajaran “Think-Pair-Share” Dengan Pendekatan Matematika Realistik dan “Numbered Heads Together” dengan Pendekatan Matematika Realistik terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Kecerdasan Interpersonal Siswa di Kabupaten Gunungkidul. Pembimbing I :Prof. Budiyono, M.Sc, Pembimbing II: Dr. Sutanto, S.Si. DEA. Tesis: Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) keefektifan pembelajaran Think Pair share (TPS) dengan Pendekatan Matematika Realistik (PMR), Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dengan Pendekatan Matematika Realistik (PMR) dan Pembelajaran Konvensional terhadap prestasi belajar matematika siswa. 2) manakah yang lebih baik, prestasi belajar matematika siswa yang memiliki tingkat kecerdasan interpersonal tinggi, sedang, atau rendah. 3) pada pembelajaran TPS dengan PMR, pembelajaran NHT dengan PMR, dan Pembelajaran Konvensional, manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, siswa yang memiliki tingkat kecerdasan interpersonal tinggi, sedang, atau rendah. 4) pada siswa yang memiliki tingkat kecerdasan interpersonal tinggi, sedang dan rendah, manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, pembelajaran TPS dengan PMR, pembelajaran NHT dengan PMR atau pembelajaran Konvensional.

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual dengan Metode Problem Solving dan Konvensional Terhadap Prestasi Belajar Sejarah Ditinjau dari Kreativitas Belajar Siswa (Studi Eksperimental di SMA Negeri Kabupaten Sukoharjo)

ABSTRAK
SRI INDRATI. NIM: S861108015. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual dengan Metode Problem Solving dan Konvensional Terhadap Prestasi Belajar Sejarah Ditinjau dari Kreativitas Belajar Siswa (Studi Eksperimental di SMA Negeri Kabupaten Sukoharjo). TESIS. Pembimbing I: Prof. Dr.Sugiyanto, II: Drs. Saiful Bachri,M.Pd. Program Studi Pendidikan Sejarah, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret.

Kebanyakan siswa SMA negeri yang kurang favorit di kabupaten Sukoharjo mempunyai hasil belajar yang rendah. Hal ini disebabkan guru masih menggunakan metode pengajaran konvensional, dan tingkat kreativitas belajar siswa rendah. Untuk meningkatkan prestasi belajar sejarah perlu metode pembelajaran problem solving. Penelitian ini bertujuan mengetahui ada atau tidak adanya : 1). Perbedaan pengaruh metode pembelajaran problem Solving dan konvensional terhadap prestasi belajar sejarah; 2). Perbedaan prestasi belajar sejarah antara siswa yang mempunyai kreativitas belajar baik, sedang, dan kurang baik; 3). Pengaruh interaksi antara metode pembelajaran dan kreativitas belajar siswa terhadap prestasi belajar sejarah.
Berdasarkan tujuannya penelitian ini adalah studi eksperimental. Populasi semua siswa kelas XI IPS semester 1 SMA Negeri yang kurang favorit di kabupaten Sukoharjo tahun ajaran 2012/2013. Sampel diambil dengan teknik cluster random sampling sebanyak tiga sekolah dan setiap sekolah diambil satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Kelas eksperimen sebanyak 107 siswa dan kelas kontrol sebanyak 106 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi dan tes. Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekolah yang kurang favorit di kabupaten Sukoharjo. Teknik tes digunakan untuk memperoleh data kreativitas dan prestasi belajar sejarah. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis variansi dua jalan dengan sel tidak sama, dilanjutkan dengan uji lanjut komparasi ganda metode Scheffe.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1). Ada perbedaan pengaruh metode pembelajaran problem solving dan konvensional terhadap prestasi belajar (FA = 9,14 > Ftabel = 3,98). Dari uji Scheffe diperoleh Fhitung = 4,10 > (dk  Ftabel) = 3,89, sehingga prestasi belajar dengan metode problem solving lebih baik dibandingkan metode konvensional; 2). Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai kreativitas belajar baik, sedang, dan kurang baik (FB = 175,77 > Ftabel = 3,04). Dari uji Scheffe diperoleh: FB1B2 = 95,77 > (dk  Ftabel) = 6,12), FB1B3 = 262,76 > (dk  Ftabel) = 6,26; F B2B3 = 108,29 > (dk  Ftabel) = 6,12. Sehingga prestasi belajar siswa berkreativitas baik (B1) lebih baik dibanding siswa berkreativitas sedang (B2), dan lebih baik dibandingkan siswa berkreativitas kurang baik (B3). 3). Tidak ada pengaruh interaksi antara metode pembelajaran dan kreativitas belajar siswa terhadap prestasi belajar sejarah (FAB = 0,80 < Ftabel = 3,04). Jadi metode pembelajaran dan kreativitas belajar siswa mempunyai pengaruh sendiri-sendiri terhadap prestasi belajar sejarah.
Kata Kunci : metode problem solving, metode konvensional, kreativitas belajar.

Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournamens (TGT) dan Numbered Head Together (NHT) Pada Materi Geometri dan Pengukuran Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa SMP Negeri di Kabupaten Bojonegoro Tahun Pelajaran 2011/2012

ABSTRAK
Suprapto. S851102043. 2012. Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournamens (TGT) dan Numbered Head Together (NHT) Pada Materi Geometri dan Pengukuran Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa SMP Negeri di Kabupaten Bojonegoro Tahun Pelajaran 2011/2012. Komisi Pembimbing I Dr. Mardiyana, M.Si. dan Pembimbing II Triyanto, S.Si, M.Si. Tesis. Surakarta: Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini diadakan dengan tujuan untuk mengetahui: (1) Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik, siswa yang dikenai, model pembelajaran kooperatif tipe TGT, model pembelajaran kooperatif NHT, atau pembelajaran konvensinal. (2) Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik, siswa yang memiliki gaya belajar visual, gaya belajar auditori atau gaya belajar kinestetik. (3) a. Pada masing-masing model pembelajaran, manakah yang menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik, siswa yang memiliki gaya belajar visual, auditori, atau kinestetik, b. Pada masing-masing gaya belajar siswa, manakah yang menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik, model TGT, model NHT, atau Konvensional.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan desain faktorial 3×3. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN di Kabupaten Bojonegoro tahun pelajaran 2011/2012. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara stratified cluster random sampling. Data yang digunakan, yaitu nilai UAS, angket gaya belajar dan tes prestasi. Uji prasyarat meliputi uji normalitas menggunakan metode Lilliefors dan uji homogenitas menggunakan metode Barlet. Teknik analisis data dengan menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama.

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL.

Terdapat sejumlah model pembelajaran efekktif berbasis kontekstual yang dapat diguanakan dalam proses pembelajaran di SD, diantaranya yaitu pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), pembelajaran kooperatif dengan berbagai tipenya, (seperti Student-Teams Achievement Divisions/STAD (Tim Siswa Kelompok Prestasi),
JIGSAW (Model Tim Ahli) dan GI (Group Investigation), think-pair and share, numbered head together, picture and picture, examples non examples, pengajaran berbasis inkuiri, pengajaran berbasis tugas/proyek (Project based learning), demonstration, role playing, pemodelan (modelling), dsb.
Dalam naskah ini hanya akan dibahas tiga diantaranya secara singkat, yaitu :
1. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.
Pengajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar. Pengajaran berbasis masalah, menurut Ibrahim dan Nur (2002) dikenal dengan nama lain seperti Project-Based Teaching (Pembelajaran berbasis Project), Experience-Based Education (Pendidikan berdasarkan pengalaman), Authentic Learning (Pembelajaran Autentic). Danm Anchored instruction (Pembelajaran berakar pada kehidupan nyata). Peranan guru dalam pembelajaran berbasis masalah adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.

Selasa, 12 April 2016

Remote Teaching Service

The Remote Teaching Service is made up of a dedicated group of more than 200 teachers living and working in 38 remote communities in Western Australia. They deliver flexible and innovative education programs to ensure students in remote areas are not disadvantaged by their location and have access to high quality learning programs.
The Remote Teaching Service offers a range of professional opportunities for people who are creative and resilient. If you are flexible and like working as part of a team you have the opportunity to be part of this innovative learning community. Skills and interests in literacy, numeracy and English as an additional language/dialect (ESL/D) are highly valued.
Working in a remote community offers some challenges which include isolation, cultural differences, varied accommodation and occasionally unreliable power and water. However, there is great potential to thrive both personally and professionally while experiencing a unique lifestyle.
Having a positive attitude that makes the most of the diversity of the schools and communities ensures you have an enjoyable and successful experience.
Back to top

Making the most of your remote experience

Living in a remote community

Living in a remote Aboriginal community may be very different to anything you have experienced before. You are embarking on a unique and challenging journey that many teachers have considered as ‘the time of their life’.
You have the opportunity to:
  • create and implement targeted education strategies
  • become an important and highly regarded member of an Aboriginal community
  • learn another language or dialect
  • gain a better understanding of the customs and traditions of another culture
  • experience living in the Australian outback.
You also have spare time at weekends to try a few different things such as camping, painting, photography, gardening and growing your own vegetables, reading, watching DVDs and playing computer games. All Remote Teaching Service communities have satellite and internet access. You may like to consider buying a telescope and gazing into the magnificent night sky.
In short, you will be immersed in a diversity of language, landscape, culture and community.

Teaching in a remote community

Teaching in a remote community offers you a wealth of opportunities. Many teachers who have worked in the Remote Teaching Service say it is the highlight of their teaching careers.
You are part of creative and innovative practices every day and work in environments where flexibility is paramount. No two days are ever the same.
As a member of a smaller team, you may be involved in whole school planning and decision making, participate in school based leadership roles, share personal interests and talents in specialist programs as well as learn about new subject areas.
Generally a class size in a remote school is smaller than traditional metropolitan classrooms. This enables you to develop deeper relationships with students and families. There are opportunities to teach multi-aged groups and, in many schools, you remain with that class for two or more years.
Employment in the Remote Teaching Service is predominantly through merit selection and a typical contract in the Remote Teaching Service is for three years. During that time you may be offered the opportunity to advance your career by acting in higher positions. This is a great way to extend your knowledge and skills, and develop a better understanding of what it takes to be a leader in a public school.
Back to top

CULTURE INDONESIA

Identification. The Republic of Indonesia, the world's fourth most populous nation, has 203 million people living on nearly one thousand permanently settled islands. Some two-to-three hundred ethnic groups with their own languages and dialects range in population from the Javanese (about 70 million) and Sundanese (about 30 million) on Java, to peoples numbering in the thousands on remote islands. The nature of Indonesian national culture is somewhat analogous to that of India—multicultural, rooted in older societies and interethnic relations, and developed in twentieth century nationalist struggles against a European imperialism that nonetheless forged that nation and many of its institutions. The national culture is most easily observed in cities but aspects of it now reach into the countryside as well. Indonesia's borders are those of the Netherlands East Indies, which was fully formed at the beginning of the twentieth century, though Dutch imperialism began early in the seventeenth century. Indonesian culture has historical roots, institutions, customs, values, and beliefs that many of its people share, but it is also a work in progress that is undergoing particular stresses at the beginning of the twenty-first century.
The name Indonesia, meaning Indian Islands, was coined by an Englishman, J. R. Logan, in Malaya in 1850. Derived from the Greek, Indos (India) and nesos (island), it has parallels in Melanesia, "black islands"; Micronesia, "small islands"; and Polynesia, "many islands." A German geographer, Adolf Bastian, used it in the title of his book, Indonesien , in 1884, and in 1928 nationalists adopted it as the name of their hoped-for nation.
funika

Latest Science News -- ScienceDaily

NSF Discoveries

MP3

Music and Entertainment

WN.com - Antara News

SUARAMERDEKA.com - Berita dan Informasi Jawa Tengah

Hoby