Kotak link

Translate

WARTA NUSANTARA

Kamis, 30 November 2023

MENGAPA KURIKULUM HARUS BERUBAH

 PERUBAHAN KURIKULUM DI INDONESIA

Pendahuluan

Kurikulum merupakan inti dari proses pendidikan. Kurikulum merupakan bidang yang paling langsung berpengaruh terhadap hasil pendidikan. (Sukmadinata, 2012: 158). Kurikulum sangat menentukan proses danhasil suatu sistem pendidikan. Kurikulum juga bisa berfungsi sebagai media untuk mencapai tujuan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan semua tingkat pendidikan (Arifin, 2011: 25).Indonesia telah banyak mengalami perubahan kurikulum, di antaranya kurikulum 1947, 1964, 1968, 1973, 1975, 1984, 1994, 1997, 2004, 2006, dan ter-

akhir 2013. Perubahan kurikulum sering dipengaruhi oleh faktor politik. Contoh- nya kurikulum 1964 disusun untuk meniadakan MANIPOL-USDEK, kurikulum 1975 digunakan untuk memasukkan Pendidikan Moral Pancasila, dan kurikulum 1984 digunakan untuk memasukkan mata pelajaran Pendidikan Sejarah Per- juangan Bangsa (PSPB). Kurikulum 1994, di samping meniadakan mata pelajaran PSPB juga untuk mengenalkan kurikulum SMU yang menjadikan pendidikan umum sebagai pendidikan persiapan ke perguruan tinggi. (Soedijarto, 2011: 25).

Pendidikan masa depan perlu dirancang guna menjawab harapan dan tantangan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Sistem pendidikan yang di- bangun tersebut perlu berkesinambungan dari pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (Badan Penelitian Diknas, 2014: 12), sehingga ditemukan solusi kurikulum pendidikan yang tepat.

Perubahan Kurikulum

Pengertian Perubahan Kurikulum

Secara akademis, kurikulum setidaknya mencakup empat komponen utama: 1) Tujuan-tujuan pendidikan yang ingin dicapai. 2) Pengetahuan, ilmu- ilmu, data-data, aktivitas-aktivitas dan pengalaman dari mana-mana. 3) Metode dan cara-cara mengajar dan bimbingan yang diikuti murid-murid untuk men- dorong mereka kepada yang dikehendaki dan tujuan-tujuan yang dirancang. 4) Metode dan cara penilaian yang digunakan dalam mengukur dan menilai hasil proses pendidikan yang dirancang dalam kurikulum (Langgulung, 2003:176).

Kaitannya dengan perubahan kurikulum, Soetopo dan Soemanto (1991: 38) menyatakan bahwa suatu kurikulum disebut mengalami perubahan bila ter- dapat adanya perbedaan dalam satu atau lebih komponen kurikulum antara dua periode tertentu, yang disebabkan oleh adanya usaha yang disengaja.

Sedangkan menurut Nasution (2009: 252), perubahan kurikulum mengenai tujuan maupun alat-alat atau cara-cara untuk mencapai tujuan itu. Mengubah kuri- kulum sering berarti turut mengubah manusia, yaitu guru, pembina pendidikan, dan mereka-mereka yang mengasuh pendidikan. Itu sebab perubahan kurikulum dianggap sebagai perubahan sosial, suatu social change. Perubahan kurikulum juga disebut pembaharuan atau inovasi kurikulum.

Dari defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa perubahan kurikulum ber- arti adanya perbedaan dalam satu atau lebih komponen kurikulum antara periode tertentu, yang disebabkan oleh adanya usaha yang disengaja.mengubah semua yang terlibat di dalamnya, yaitu guru, murid, kepala sekolah, pemilik sekolah, juga orang tua dan masyarakat umumnya yang berkepentingan dalam pendidikan.

Kurikulum merupakan inti dari proses pendidikan di sekolah. Pelaksanaan kurikulum langsung berpengaruh terhadap hasil pendidikan. Kurikulum sangat menentukan proses dan hasil suatu sistem pendidikan. Kurikulum juga bisa ber- fungsi sebagai media untuk mencapai tujuan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan semua tingkat pendidikan.

Apa pentingnya perubahan Kurikulum?

Untuk menyesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan perkembangan zaman. Kurikulum yang baik adalah Kurikulum yang sesuai dengan zamannya, dan terus dikembangakan atau diadaptasi sesuai dengan konteks dan karaktersistik peserta didik demi membangun kompetensi sesuai dengan kebutuhan mereka kini dan masa depan.

Mengapa kurikulum harus berubah ?

Kurikulum ya memang harus berubah. Mengapa ? tentu saja untuk menjawab tantangan zaman. Kurikulum tidak dapat dipergunakan dalam satu waktu terus menerus karena dunia terus berubah. Maka dunia pendidikan sebagai pilar utama dalam membangun dan mendidik generasi harus pula turut berubah.

Kurikulum harus selalu berubah agar sesuai dengan perkembangan zaman, Selain itu kurikulum juga harus mempertimbangkan kebutuhan belajar murid. Sebagai contoh, zaman saya sekolah komputer baru dipelajari pada masa SMA, itupun hanya sebatas menyalakan, memetikan dan mengetik saja. Coba lihat anak sekarang, mereka sudah lahir dengan teknologi di tangannya. Bayi saja sudah pandai memainkan layar gawai. Itulah mengapa kurikulum juga harus berubah, agar kita dapat menyiapkan generasi yang akan datang yang visioner dan mampu memandang ke depan.

Berikan umpan balik anda melalui link berikut : 

UMPAN BALIK AKSI NYATA

Terima kasih.

( agus. 3108 )

Senin, 15 Februari 2021

Cara rekam meeting di google meet mudah dan tidak perlu aplikasi tambahan.

 Berikut ini cara merekam meeting di Google Meet dengan mudah dan tanpa aplikasi tambahan.

Merekam kegiatan saat meeting online diperlukan untuk sebagaian orang.

Dengan merekamnya, maka kita bisa memutar kembali untuk menyimak informasi yang sudah disampaikan saat meeting. Kita bisa mencatat kembali informasi yang mungkin terlewat.


Beberapa aplikasi telekonferensi pun telah menyediakan fitur perekaman tersebut seperti Zoom.

Namun, berbeda dengan aplikasi meeting online Google Meet.

Para pengguna biasanya menggunakan aplikasi pihak ketiga lainnya seperti OBS Studio atau yang lainnya.

Tapi kamu tahu tidak? ternyata bisa lho merekam video di platform Google Meet tanpa perlu menggunakan aplikasi.

Penasaran bagaimana cara untuk melakukannya?

Berikut cara mudah agar kamu bisa merekam meeting online di Google Meet tanpa aplikasi beserta syaratnya.


Cara Merekam Ruang di Meeting Google Meet

Sebelum melakukan perekaman, perlu diingat bahwa kemampuan merekam ruang meeting di Google Meet baru hanya tersedia untuk versi PC saja.

Jadi untuk kamu yang menggunakan Meet di smartphone, kamu hanya bisa mengetahui apakah meeting sedang direkam oleh orang lain atau tidak.


Nah, langkah pertama yang perlu kamu lakukan adalah membuka Google Meet via browser atau aplikasi.

Setelah itu kamu bisa langsung memulai ruang rapat terlebih dahulu.

Kemudian, masuk lah dengan akun Google yang kamu miliki.

Jika sudah, pilih menu 'Lainnya' dan kamu bisa langsung pilih saja 'Record Meeting'.

Kamu pun bisa langsung merekamnya dan untuk memberhentikannya, kamu hanya perlu kembali ke menu 'Lainnya' dan klik 'Berhenti' dan nantinya video akan tersimpan otomatis di Google Drive.


Cukup mudah bukan untuk dilakukan? tapi tunggu dulu, sebab ada beberapa syarat yang perlu kamu penuhi jika masih belum menemukan fitur 'Meeting Record' di Google Meet.

Inilah syarat-syarat dari Google yang harus kamu ikuti.


Syarat Bisa Merekam Video di Google Meet

Tidak seperti Zoom yang siapa saja bisa langsung menyalakan fitur 'Rekam'.

Di Google Meet ada beberapa syarat terlebih dahulu yang harus dipenuhi.


Pada platform tersebut, Google menetapkan aturan bahwa hanya ada 3 pengguna yang bisa menyalakan fitur perekaman, yaitu:

1. Penyelenggara Rapat

2. Bagian Penyelenggara Rapat

3. Pembicara yang login dengan menggunakan Google Workspace

Selain itu syarat untuk bisa merekam ruang meeting di Google Meet juga hanya bisa dilakukan oleh para pengguna yang masuk memakai akun G Suite.

Perlu diketahui bahwa akun G Suite itu berbeda dengan akun Gmail yang mungkin sudah kamu miliki.

Berikut akun-akun G Suite yang bisa digunakan untuk merekam meeting room:

- G Suite For Education

- G Suite For Enterprise for Education

- Essentials

- Enterprise Essentials

- Enterprise Standard

- Enterprise Plus Edition

- Business Standard

- Business Plus

(*/YNN)

Artikel ini telah tayang di Nextren.grid.id dengan judul "Cara Mudah Rekam Meeting Online di Google Meet Tanpa Aplikasi Tambahan"

( agus.3108 )


Aplikasi Untuk Pembelajaran Tatap Muka Secara Virtual / Rapat Online Lewat Ponsel

1. WhatsApp

Aplikasi yang pertama adalah WhatsApp.

WhatsApp (WA) mulanya hanyalah aplikasi yang digunakan untuk berbalas pesan singkat dan foto.


Seiring perkembangan zaman, WhatsApp juga dilengkapi dengan fitur video call.

Fitur ini bisa digunakan pada smartphone berbasis Android dan iOS secara gratis.

Sebagai informasi, fitur video call WhatsApp hanya bisa digunakan maksimal empat orang dalam satu panggilan (termasuk pengguna).


2. Skype

Skype merupakan aplikasi percakapan berbasis suara dan video besutan Microsoft.

Aplikasi ini memungkinkan hingga 25 orang bertatap muka secara virtual dalam satu kali panggilan.

Berbeda dengan beberapa aplikasi lain, Skype bisa diakses dari beragam perangkat.

Termasuk mencakup komputer (PC dan laptop), smartphone, hingga smartTV.


Skype juga bisa digunakan sebagai media percakapan berbasis teks, baik secara individu maupun grup.

Aplikasi ini juga mendukung layanan panggilan suara berbayar ke nomor ponsel atau telepon rumah.


3. Zoom

Yang ketiga ada aplikasi Zoom.

Zoom adalah aplikasi percakapan yang bisa pula digunakan untuk video conference.

Aplikasi ini bisa menampung hingga 100 orang dalam satu panggilan video.

Zoom telah dibekali dengan sejumlah fitur mumpuni untuk kemudahan pertemuan tatap muka secara online.

Misalnya fitur membagi layar pengguna ke para peserta (screen sharing), serta dukungan Google Drive, Dropbox, dan Box untuk berbagi dokumen dan foto.


Ada pula fitur yang memungkinkan pengguna mengundang partisipan berdasarkan nomor telepon hingga e-mail.


4. Imo

Selanjutnya ada aplikasi Imo.

Imo memungkinkan penggua untuk berkomunikasi dengan kontak yang tersimpan pada perangkat.

Termasuk kontak sosial media seperti Facebook, Skype hingga Steam.

Menariknya lagi, Imo tetap lancar meski diakses pada jaringan 3G sekalipun.

Sama seperti tiga aplikasi sebelumnya, Imo bisa diakses secara gratis.


5. Google Meet

Google memiliki aplikasi percakapan online bernama Hangouts Meet.

Aplikasi Google Meet mampu menampung hingga 250 pengguna sekaligus dalam sekali panggilan video.

Google Meet sebenarnya berbayar, namun hingga 1 Juni 2020 pengguna bisa mengaksesnya secara gratis.

Karena di bawah naungan Google, aplikasi ini dibekali dengan sejumlah fitur Google.

Termasuk bisa menampilkan captions secara otomatis dengan teknologi text-to-speec, serta jadwal meeting yang terintegrasi dengan Google Calendar.

Pengguna Google Meet juga bisa mengundang orang lain untuk bergabung dalam sebuah ruangan meeting online.

Caranya mudah, cukup dengan memasukkan "Meeting code" yang diberikan oleh penyelenggara percakapan video.


6. Google Duo

Google Duo adalah aplikasi obrolan video yang dikembangkan oleh Google.

Aplikasi ini telah tersedia untuk sistem operasi Android dan iOS.

Google Duo memungkinkan pengguna melakukan panggilan video dalam definisi tinggi.

Hal ini dioptimalkan untuk jaringan bandwidth rendah.

Google Duo memungkinkan pengguna untuk melakukan panggil seseorang yang ada pada daftar kontak mereka.

Aplikasi ini secara otomatis beralih antara Wi-Fi dan jaringan seluler.

Fitur "Knock Knock" memungkinkan pengguna melihat pratinjau langsung dari penelepon sebelum menjawab.


7. Slack

Yang ketujuh ada aplikasi Slack.

Aplikasi percakapan berbasis grup ini bisa digunakan untuk berkomunikasi antar topik.

Slack juga bisa digunakan untuk berbagi dokumen dan melakukan video conference hingga maksimal 15 orang.

Sama dengan aplikasi lainnya, Slack juga telah terintegrasi dengan beberapa tools dan media sosial.

Hal itu akan memudahkan pengguna dalam mengirim file dan memantau proses kerja, seperti Google Drive, Dropbox, hingga Twitter.

Salah satu fitur menarik di Slack adalah fitur pencarian yang bisa dipakai untuk menelusuri topik atau percakapan yang sudah dilakukan sebelumnya.


8. Line

Aplikasi Line sudah lama meluncurkan fitur video call group.

Untuk bisa menggunakan fitur ini, kita harus membuat grup terlebih dahulu.

Langkah selanjutnya adalah lakukan panggilan video call seperti biasa.

Anggota grup secara otomatis akan menerima panggilan tanpa kita undang secara manual.

Namun mereka juga berhak menentukan ingin masuk dalam panggilan grup atau tidak.

Menariknya, Line memberikan filter-filter lucu yang bisa dugunakan untuk menambah keseruan saat video call.

Kita juga bisa mengubah tampilan pada layar saat lakukan panggilan.

Ada dua pilihan yaitu empat kotak sama simetris, maupun dominan salah satu kontak terlihat lebih dominan dibanding yang lain.


9. Cisco Webex Meetings

Meski terdengar asing, Cisco Webex biasa digunakan oleh sejumlah perusahaan besar.

Terutama mereka yang bertengger di daftar Fortune 500.

Jumlah partisipan maksimal yang bisa masuk ke dalam sebuah panggilan video conference bervariasi, tergantung paket berlangganannya.

Namun, jumlah maksimalnya bisa sampai 100 orang.

Fitur di aplikasi Cisco Webex mencakup screen sharing, dukungan Google Assistant dan Google Home Hub.

Selain itu juga ada fitur papan virtual untuk menggambar, fitur pengunggah dokumen, hingga fitur untuk merekam percakapan video.

( agus.3108 )


Rabu, 11 Mei 2016

PANDUAN LAPORAN PTK

                                      PANDUAN PENYUSUNAN
LAPORAN HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Oleh
Drs. Sri Wasono Widodo, M.Pd
Widyaiswara LPMP Jateng

Halaman Judul i
Lembar Pengesahan ii
Kata Pengantar iii
Daftar Isi iv
Daftar Tabel (bila ada) v
Daftar Gambar (bila ada) vi
Daftar Lampiran (bila ada) vii
Abstrak viii
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi Masalah dst.
C. Pembatasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
BAB II. KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Teori
1. Pendekatan Konstruktivistik
2. Penguasaan Konsep
B. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan
C. Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan

xiaomi
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian (lokasi dan waktu)
B. Subjek Penelitian
C. Sumber Data
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
E. Validasi Data
F. Analisis Data
G. Indikator Kinerja/Indikator Keberhasilan (bila ada)
H. Prosedur Penelitian
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal
B. Deskripsi Siklus I
1. Perencanaan
2. Tindakan
3. Hasil Pengamatan
4. Refleksi
C. Deskripsi Siklus II
1. Perencanaan
2. Tindakan
3. Hasil Pengamatan
4. Refleksi
D. Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus
E. Hasil Penelitian
BAB V. PENUTUP
A. Simpulan
B. Implikasi/Rekomendasi
C. Saran
DAFTAR PUSTAKA
xiaomi
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Ijin penelitian dari Kepala Sekolah …
Pernyataan Peneliti …
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran …
Lembar Kerja Siswa …
Instrumen Penelitian …
Contoh/sampel instrumen yang telah diisi …
Contoh hasil ulangan siswa …
Ijin penelitian dari kepala sekolah …
Daftar Hadir siswa (saat siklus) …
Copy jurnal mengajar (saat siklus) …
Foto-foto (Foto-foto yang mendukung proses bisa masuk pada hasil ataupun
pembahasan)
ABSTRAK
Widodo, Sri Wasono. 2008. Pendekatan Konstruktivistik untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep … Mata Pelajaran ,,,,Kelas ….dst. Laporan Penelitian Tindakan Kelas, diajukan untuk
dinilai angka kreditnya dari unsur pengembangan profesi.
Pembimbing : ….
Kata Kunci : Pendekatan Konstruktivistik, pemahaman konsep, hasil belajar
Latar belakang masalah dari penelitian tindakan ini adalah banyaknya siswa yang mengalami
kesulitan dalam memahami konsep, hasil belajar yang perlu ditingkatkan, ….(dst). Dalam
penelitian ini, masalah yang diupayakan untuk diatasi adalah pemahaman konsep. Berdasarkan
kajian teori yang dikaji peneliti, pemahaman konsep dapat ditingkatkan melalui pembelajaran
berpendekatan konstruktivistik.
Metodologi dari penelitian ini adalah ….dst.
Catatan: kata kunci berkisar 3 s.d. 5 kat. Abstrak berisi ringkasan latar belakang masalah,
masalah yang diteliti, metodologi, hasil yang diperoleh, kesimpulan dan saran. Maksimal abstrak
adalah dua halaman.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada subbab latar belakang masalah ini kemukakan adanya kesenjangan antara harapan dan
kenyataan, baik kesenjangan teoritis maupun praktis yang melatar belakangi masalah yang akan
diteliti. Ada baiknya di bagian ini disinggung secara ringkas teori, hasil-hasil penelitian,
kesimpulan seminar, diskusi ilmiah atau pengamatan dan pengalaman pribadi yang terkait
dengan masalah yang akan diteliti yang dijabarkan secara lebih lengkap nanti pada Bab II.
Dengan demikian, masalah pokok yang akan diteliti mendapatkan landasan yang kuat.
B. Identifikasi Masalah
Pada subbab ini kemukakan berbagai masalah yang Anda hadapi. Cakupan dari masalah yang
bisa diteliti dalam PTK sesungguhnya sangat luas, yaitu meliputi:
· masalah belajar siswa, seperti kesulitan dalam menguasai suatu konsep;
· pengembangan profesionalisme guru dalam peningkatan mutu perancangan, pelaksanaan,
dan evaluasi program pembelajaran;
· pengelolaan dan pengendalian, misalnya teknik memotivasi, teknik modifikasi perilaku
dan teknik pemngembangan diri;
· desain dan strategi pembelajaran di kelas, misalnya masalah pengelolaan dan prosedur
pembelajaran, implementasi dan inovasi model pembelajaran, interaksi di dalam kelas;
· penanaman dan pengembangan sikap serta nilai-nilai, misalnya pengembangan sikap
ilmiah di dalam diri siswa;
· alat bantu, media dan sumber belajar, misalnya pemanfaatan lingkungan sebagai media
sekaligus sebagai sumber belajar;
· sistem asesmen dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran, misalnya penggunaan
performance test;
· masalah kurikulum, misalnya pelaksanaan KTSP dalam hal interaksi guru-siswa, materisiswa,
siswa-lingkungan, dsb.
Meskipun permasalahan yang dapat diteliti pada hakekatnya sangat luas, namun perlu
diperhatikan rambu-rambu berikuti ini:
· masalah yang diteliti benar-benar terjadi di sekolah (riil);
· masalah tersebut penting dan mendesak untuk dipecahkan.
Untuk membantu para (calon) peneliti, pada bagian berikutnya disajikan beberapa kata kunci
yang mempertanyakan berbagai permasalahan yang melatarbelakangi penelitian tindakan kelas
kita. Beberapa kata kunci ini juga berguna memandu kita dalam menyusun deskripsi pada
tahapan kegiatan penelitian selanjutnya sampai berakhirnya penelitian kita (sampai penyusunan
laporan):.
C. Pembatasan Masalah
Pada subbab ini deskripsikan dengan jelas bahwa tidak semua masalah yang diidentifikasi pada
bagian sebelumnya dapat dipecahkan secara simultan, sehingga Anda perlu membatasi masalah.
Jelaskan pula alasan mengapa Anda memilih fokus pada masalah tersebut (mengingat waktu,
referensi, dsb). Deskripsikan pula definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi batasannya serta
hal-hal yang Anda duga menjadi akar penyebab masalah ini, secara sistematis dan logis.
D. Rumusan Masalah
Pada bagian ini rumuskan masalah penelitian dalam bentuk rumusan masalah penelitian tindakan
kelas. Rumusan masalah sebaiknya menggunakan kalimat tanya (Suhardjono,2008:68) dan
mengemukakan alternatif pemecahan yang hendak dilakukan dan hasil positif yang diantisipasi
dengan mengajukan indikator keberhasilan tindakan, cara pengukuran, serta cara
mengevaluasinya.
Dari judul di atas, misalkan dapat diajukan rumusan masalah sbb.:
1. Apakah pendekatan konstruktivistik dapat meningkatkan pemahaman konsep …?
2. Seberapa jauh peningkatan hasil belajar siswa KD … melalui pendekatan
konstruktivistik?
3. Bagaimana implementasi pendekatan konstruktivistik pada kegiatan pembelajaran KD
…?
E. Tujuan Penelitian
Pada bagian ini kemukakan tujuan PTK Anda baik tujuan umum maupun tujuan khusus.
Deskripsikan dengan jelas sehingga dapat diukur sesuai indikator keberhasilannya. Perlu diingat
bahwa pada suatu karya tulis ilmiah termasuk laporan hasil PTK, keterkaitan antar bagian harus
menunjukkan konsistensi. Dalam contoh ini misalnya dapat ditulis tujuan PTK sebagai berikut:
1. meningkatkan penguasaan konsep …
2. meningkatkan hasil belajar siswa KD …
3. mengembangkan model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivistik
F. Manfaat Penelitian
Pada subbab ini deskripsikan kontribusi hasil penelitian terhadap peningkatan kualitas
pendidikan dan/atau pembelajaran bagi siswa sehingga tampak manfaatnya bagi siswa, guru,
maupun komponen pendidikan di sekolah lainnya. Kemukakan inovasi yang akan dihasilkan dari
penelitian ini. Pada paragraf berikut disajikan contoh.
Penelitian ini memiliki manfaat untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang meliputi:
1. Manfaat untuk siswa adalah meningkatnya penguasaan konsep KD …
2. Manfaat untuk guru adalah memperdalam pemahaman tentang model pembelajaran
berpendekatan konstruktivistik dan menguasai teknik implementasinya.
3. Manfaat untuk sekolah adalah meningkatnya kualitas pembelajaran karena adanya
inovasi model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivistik sehingga berdampak
pada peningkatan kualitas output dan outcome sekolah.
1.      Manfaat untuk … (bisa dielaborasi dengan manfaat yang berskala lebih luas).
2.       
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Teori
Pada bagian sebelumnya, kita telah mengidentifikasi beberapa permasalahan yang kita hadapi
dalam kegiatan pembelajaran, dan akhirnya kita memutuskan akan fokus pada masalah
peningkatan penguasaan konsep … Selanjutnya kita memiliki rencana untuk mengatasinya
dengan mengimplementasikan pendekatan konstruktivistik. Apa langkah selanjutnya yang kita lakukan? Dalam menyusun proposal PTK pada kajian pustaka, tidak sedikit dari peneliti yang kebingungan, dan mengeluh karena merasa susah mencari kajian teori dengan berbagai alasan. Alasan yang paling banyak dikemukakan adalah bahwa di sekolah tidak tersedia buku-buku yang berisi teori yang mendukung objek penelitiannya. Sesungguhnya di sinilah tantangannya. Padaera ghlobalisasi ini sesungguhnya sangat banyak referensi online yang bisa kita peroleh secara cuma-cuma melalui internet, yang disebut dengan open source. Referensi yang kita perlukan pada kasus seperti antara lain tentang pendekatan pembelajaran, ilmu jiwa dan ilmu pendidikan. Apabila penelitian tindakan kelas dilakukan terhadap siswa SD Kelas III, mau tidak mau peneliti harus mendukung penelitiannya dengan teori tentang perkembangan anak seusia tersebut. Misalnya usia tersebut termasuk dalam tahap operasional konkret menurut Teori Perkembangan
Kognitif oleh Piaget dengan ciri-ciri sedang mengalami proses decentering, reversibility,
conservation, serialistation, classification dan ekimination of egocentrism
(http://en.wikipedia.org/wiki/Theory_ of_ cognitive_development.). Dalam membahas tentang perkembangan anak seusia ini, peneliti harus mengemukakan ciri-ciri perkembangan anak usia tersebut, sesuai dengan deskripsi dari teori yang diambil. Dengan mengemukakan teori tentang perkembangan anak seusia tersebut, peneliti akan lebih mudah mencari alasan mengapa menggunakan alat peraga tertentu, dsb. karena sesuai dengan sifat-sifat perkembangan anak usia tersebut. Dalam penulisan karya tulis ilmiah hasil penelitian tindakan kelas, di antara tulisan yang diajukan peneliti selama ini ada yang masih mencerminkan cara berpikir yang tidak holistik, tetapi sangat parsial. Barangkali sangat naif dan ketinggalan jaman apabila dalam bab ini peneliti masih menjelaskan arti setiap istilah yang tanpa makna dan tanpa guna. Sebagai contoh, peneliti mengambil judul Upaya Meningkatkan Penguasaan Konsep Mapel X melalui Implementasi Pendekatan Konstruktivistik. Di bab II ini peneliti mengutip kamus untuk setiap kata (1) upaya, (2) meningkatkan, (3) penguasaan, (4) konsep, (5) mapel X, (6) Pendekatan, dan (7) Konstruktivistik. Jelas sekali bab yang penuh dengan kutipan kamus ini tidak akan ada gunanya karena tidak akan sampai pada pengertian yang dimaksudkan pada judul.
Kesalahan umum yang sering dilakukan peneliti dalam Bab II ini adalah peneliti belum
menyampaikan dukungan terhadap tindakan yang dilakukan. Dengan contoh tindakan di atas,
peneliti wajib mencari teori yang menjelaskan bahwa Implementasi prinsip-prinsip pendekatan Konstruktivistik berkaitan langsung dengan pemberian kepercayaan sepenuhnya kepada siswa dalam mengkonstruksi pemahamannya dan penggunaan pengetahuan sebelumnya sehingga ia sudah punya pijakan sendiri untuk berangkat membangun pemahaman tersebut. Dengan demikian setiap siswa lebih mampu memahami konsep. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa dalam bab ini tampak teori yang menunjukkan hubungan sebab akibat, jika ada tindakan begini, akibatnya akan begini. Jadi kajian pustaka bukan hanya menjelaskan untuk memberikan pengertian tentang hal-hal yangh diteliti saja. Banyak di antara penulis yang justru berlebihlebihan untuk memperbanyak halaman karya tulisnya dengan menyampaikan hal-hal yang sesungguhnya tidak diperlukan sama sekali, misalnya mengutip tata cara penyelenggaraan SMA, visi, misi, kurikulum, dan sebagainya. Itu semua pada hakekatnya belum termasuk teori, namun masih menjadi objek yang diteliti.
Pada bagian ini hendaknya diuraikan dengan jelas kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan yang mendasari usulan rancangan (dalam proposal) dan pelaksanaan penelitian tindakan. Kemukakan juga teori, temuan, dan bahan penelitian lain yang mendukung pilihan tindakan untuk mengatasi permasalahan penelitian tersebut. Uraian ini digunakan untuk menyusun kerangka berpikir atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian. Sebagai contoh yang sesuai untuk judul dalam tulisan ini, akan dilakukan PTK yang menerapkan model pembelajaran yang mengimplementasikan prinsip-prinsip pendekatan konstruktivistik. Pada kajian pustaka harus dikemukakan dengan jelas:
a) bagaimana teori belajar Constructivism, siapa saja tokoh-tokoh di belakangnya misalnya
Piaget (http://en.wikipedia.org/wiki/Constructivism: Learning_Theory), bagaimana sejarahnya, apa yang spesifik dari teori ini, apa prinsip-prinsip dasarnya, apa persyaratannya, dan lain-lain.
b) bagaimana bentuk tindakan yang dilakukan dalam penerapan teori tersebut dalam
pembelajaran, strategi pembelajarannya, skenario pelaksanaan dsb.
c) bagaimana keterkaitan atau pengaruh penerapan pendekatan tersebut dengan perubahan
yang diharapkan, atau terhadap masalah yang akan dipecahkan, hal ini hendaknya dapat
dijelaskan lebih luas dengan dukungan berbagai hasil penelitian yang sesuai.
d) harus tampak keterkaitan dengan subbab berikutnya, yaitu bagaimana perkiraan hasil
(hipotesis tindakan) dengan dilaksanakannya penerapan model di atas pada pembelajaran
terhadap hal yang akan dipecahkan.
Dalam penulisan laporan penelitian, bagian kajian teori dan pustaka pada penelitian formal
(empiris) berbeda dengan kajian teori dan pustaka pada penelitian tindakan kelas. Pada penelitian formal, kajian pustaka disajikan untuk meningkatkan pemahaman yang lebih tinggi tentang masalah yang sedang diteliti, karena umumnya penelitian formal berasal dari hasil studi terhadap hasil penelitian sebelumnya. Jadi ada tuntutan yang tinggi untuk menelaah secara luas/mendalam literatur terkait dengan permasalahan yang diteliti dan penelitian-penelitian sebelumnya. Pada penelitian tindakan kelas, kajian pustaka hanya dimaksudkan untuk memberi guideline (petunjuk) bahwa suatu tindakan itu dibenarkan secara teoritis. Jadi tidak ada kebutuhan (tuntutan) yang mendasar untuk menguji teori yang sudah ada, dan dapat menggunakan literatur ataupun tulisan-tulisan tangan kedua, dengan kata lain dokumen sekunder masih dapat dipakai untuk memperkuat dasar teori yang ada di bab ini. Misalnya:
· Ada teori-teori terkait yang memberi arah/petunjuk tentang variabel permasalahan yang
dipecahkan serta variabel tindakan yang digunakan untuk mengatasinya.
· Ada usaha peneliti memberikan argumen teoritis bahwa tindakan yang diambil didukung
oleh referensi yang ada sehingga secara teoritis tindakan tersebut memiliki dukungan.
· Action tertentu dimungkinkan dapat meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar, tetapi
tidak untuk membuktikan teori. Dari uraian ini dikembangkan (ke subbab berikutnya)
kerangka berpikir yamg memberikan langkah dan arah penelitian tindakan.
Sebagai contoh untuk judul penelitian kita dalam tulisan ini kajian teori yang kita rujuk harus
mendeskripsikan pendekatan konstruktivistik (seperti pada lampiran) dan penguasaan konsep.
Bisa juga didukung dengan referensi tentang psikologi belajar yang berkaitan dengan tahapan
perkembangan siswa yang menjadi subjek PTK kita (TK, SD/MI, SMP/MTs., SMA/MA atau
SMK/MAK). Referensi ini penting karena bisa mendukung rencana tindakan yang akan kita
lakukan harus menyesuaikan dengan perkembangan usia subjek yang masing-masing memiliki karakteristik berbeda. Sebagai misal diberikan di sini subbab-subbab yang bisa dideskripsikan lebih lanjut sebagai berikut:
1. Implementasi Pendekatan Konstruktivistik
2. Hakekat Pendekatan Pembelajaran
3. Konsep Dasar Pendekatan Konstruktivistik
4. Implementasi Pendekatan Konstruktivistik dalam Pembelajaran KD … Mapel …
1. Penguasaan Konsep …
5. Hakekat … (Mapel X)
6. Hakekat Belajar melalui Penguasaan Konsep
7. Penguasaan Konsep … pada Mapel X
B. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan
Pada subbab ini deskripsikan hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian yang Anda lakukan. Penelitian sebelumnya tersebut bisa dari peneliti lain ataupun merupakan karya Anda sendiri. Jelaskan pula persamaan dan perbedaannya secara rinci, sebagai upaya Anda untuk meyakinkan bahwa penelitian yang Anda lakukan bukan merupakan duplikasi dari hasil penelitian yang sudah ada.
C. Kerangka Berpikir
Dalam kerangka berpikir deskripsikan hasil analisis, kajian dan simpulan secara deduksi
hubungan antar variabel berdasar kepada teori dan hasil-hasil penelitian yang telah dibahas.
Kerangka berpikir merupakan pendapat dan pandangan penulis terhadap teori yang
dikemukakan, dan merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek
permasalahan.
Kerangka berpikir harus menggunakan alur pikiran yang logis, sruktur logikanya didasarkan atas premis-premis yang benar dan mempergunakan cara penarikan kesimpulan yang sah. Kerangka berpikir harus berdasarkan pada landasan teori dan disesuaikan dengan permasalahan yang diambil. Hal ini penting untuk diperhatikan karena deskripsi kita pada bagian ini akan digunakan sebagai dasar untuk menentukan pengajuan hipotesis.
Klimaks dari kerangka berpikir umumnya terdapat kalimat “… berdasarkan kajian teori dan
kerangka berpikir diatas, diduga …(misalnya diduga melalui X dapat meningkatkan Y). Berikut disajikan flowchrt atau diagram alir dari kerangka berpikir.
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan berbeda dengan hipotesis statistik maupun hipotesis penelitian formal.
Hipotesia tindakan merupakan jawaban sementara berdasarkan kajian teori dan kerangka
berpikir. Hipotesis tindakan juga merupakan jawaban sementara atas rumusan masalah yang
diajukan berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir.
Sesuai dengan rumusan masalah pada bab sebelumnya, maka dapat dibuat contoh hipotesis
tindakan sebagai berikut:
1. Implementasi pendekatan konstruktivistik dapat meningkatkan penguasaan konsep …
2. Implementasi pendekatan konstruktivistik dapat meningkatkan hasil belajar siswa KD …
3. Implementasi prinsip-prinsip konstruktivisme dapat dikembangkan menjadi model
pembelajaran dengan pendekatan konstruktivistik
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Waktu Penelitian
Pada bagian ini jelaskan kapan penelitian itu dilakukan. Deskripsikan juga tahapan kegiatan
mulai dari persiapan penyusunan proposal, penyusunan instrumen, pengumpulan data, analisis
data, pembahasan dan laporan hasil penelitian. Beri alasan mengapa pengumpulan data/
pelaksanaan tindakan dilakukan pada waktu itu.
2. Tempat Penelitian
Tentang tempat penelitian, deskripsikan di mana penelitian itu dilakukan, sekolah mana,
program apa, kelas berapa dsb. Juga berikan alasan mengapa penelitian dilakukan pada tempat itu.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian PTK juga berbeda dengan penelitian formal. Pada PTK tidak dikenal adanya populasi, sample, dan teknik sampling seperti pada penelitian kuantitatif, tetapi digunakan istilah subjek penelitian. Pada PTK, Populasi adalah sampel yang juga berarti merupakan subjek penelitian. Jika yang melakukan PTK adalah guru, subjeknya adalah siswa Apabila yang melakukan penelitian kepala sekolah, maka subjeknya adalah guru. Namun karena seorang kepala sekolah juga merupakan seorang guru, maka subjek penelitian PTK yang dilakukannya bisa juga siswa. Pada penelitian yang dilakukan oleh pengawas sekolah, subjeknya adalah guru atau kepala sekolah. Dalam hal subjeknya bukan siswa seperti guru dan kepala sekolah, biasanya penelitiannya disebut Penelitian Tindakan Sekolah (PTS).
C. Sumber Data
Sumber data dalam PTK dapat berasal dari subjek peneliti maupun dari luar subjek peneliti.
Sumber data dari subjek peneliti merupakan sumber data primer (misalnya nilai ulangan
harian). Sumber data dari luar subjek peneliti merupakan sumber data sekunder (misalnya data hasil pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat).
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data dapat digunakan teknik tes maupun non tes. Teknik tes pun bervariasi seperti tes tertulis, tes lisan, ataupun tes perbuatan. Teknik non tes juga bervariasi seperti wawancara, pengamatan, chek list, dsb. Alat pengumpulan data bergantung pada teknik yang digunakan. Apabila teknik yang digunakan adalah tes, alatnya dapat berbentuk.butir soal tes.
Apabila teknik pengambilan data yang digunakan adalah non tes, alatnya dapat berbentuk
pedoman dan lembar observasi, pedoman dan lembar wawancara, dsb.
E. Validasi Data
Validasi artinya suatu kegiatan untuk memverifikasi benar tidaknya data yang diperoleh.
Validasi diperlukan agar diperoleh data yang valid atau sahih. Validasi yang digunakan
disesuaikan dengan data yang dikumpulkan. Untuk data kuantitatif (berbentuk angka) umumnya yang divalidasi instrumennya. Validasi instrumen yang digunakan adalah validitas teoretik maupun validitas empirik Diperlukan kisi-kisi agar terpenuhinya validitas teoretik. Sedangkan untuk validasi empirik diperlukan prosedur statistik tersendiri.
Validasi juga bisa dilakukan dengan teknik triangulasi. Teknik ini digunakan untuk mengetahui secara persis kebenaran suatu fenomena dari arah atau posisi yang berbeda. Ada beberapa macam teknik triangulasi:
· Triangulasi teoritis berati penggunaan teori yang berbeda
· Triangulasi sumber berarti penggunaan lebih dari satu sumber. Misalnya pengambilan
data dari orang tua siswa di samping data dari siswa..
· Triangulasi data diperoleh melalui pengambilan data di tempat, waktu dan kondisi
berbeda.
· Triangulasi instrumen berarti penggunaan instrumen berbeda untuk menggali informasi
yang sama.
· Triangulasi analisis adalah teknik triangulasi dengan menggunakan cara analisis yang
Berbeda
F. Analisis Data
Analisis yang digunakan sesuai dengan metode dan jenis data yang dikumpulkan. Pada PTK
data yang dikumpulkan dapat berbentuk kuantitatif maupun kualitatif. Dalam PTK tidak
digunakan uji statistik, tetapi dengan cara deskriptif. Data kuantitatif menggunakan analisis
deskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus 1
dan nilai tes setelah siklus 2. Data kualitatif hasil pengamatan maupun wawancara menggunakan analisis deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi dari tiap-tiap siklus.
G. Indikator Kinerja/Indikator Keberhasilan (bila ada)
Indikator kinerja merupakan kondisi akhir atau target yang diharapkan/ dicapai. Indikator kinerja didasarkan pada pengalaman yang lalu dan hasil yang diperoleh pada saat melakukan tindakan.
Dalam penetapannya perlu pertimbangan yang cermat (jangan terlalu tinggi maupun terlalu
rendah). Misalnya dalam kondisi awal nilai rata-rata ulangan harian 52; indikator kinerjanya
menjadi 54 atau 55 (jangan menjadi 88 atau 90).
Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka indikator kinerja penelitian ini
adalah:
1. Meningkatnya kemampuan dalam mempresentasikan hasil diskusi tentang konsep …,
meningkatnya kemampuan mendeskripsikan dengan jelas pemahamannya tentang …,
mampu memberikan contoh, mampu membedakan dengan konsep yang berbeda dsb.
sesuai instrumen dan teknik pengumpulan data yang digunakan.
1. Meningkatnya rata-rata nilai hasil post test, skor kuis, dsb. dari … menjadi …
2. Adanya Skenario pembelajaran dalam RPP dan bahan ajar yang sesuai dengan
pendekatan konstruktivistik.
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah yang harus dilalui peneliti.Langkah pertama
adalah menentukan metode yang digunakan dalam penelitian, yaitu metode penelitian tindakan kelas; dilanjutkan dengan menentukan banyaknya tindakan yang dilakukan dalam siklus, minimal dua siklus. Langkah selanjutnya adalah menentukan tahapan–tahapan dalam siklus, terdiri dari 4 tahapan yaitu: Planning, Acting, Observing, Reflecting. Perlu dijelaskan secara singkat tiap tahapan pada setiap siklus, misalnya dalam perencanaan dijelaskan langkah apersepsi, kegiatan inti, dan penutup.
Untuk membantu dalam penyusunan bagian ini, disarankan untuk terlebih dahulu menuliskan
pokok-pokok rencana kegiatan dalam suatu tabel sebagai contoh berikut:
Siklus 1
Perencanaan: Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah
· Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam kegiatan pembelajaran
· Menentukan Kompetensi Dasar dan indikatornya
· Mengembangkan skenario pembelajaran.
· Menyusun Lembar Pengamatan.
· Menyiapkan Sumber Belajar.
· Mengembangkan format evaluasi,
· Mengembangkan format observasi pembelajaran
Tindakan · Menerapkan tindakan mengacu pada skenario dan Lembar Pengamatan..
Pengamatan · Melakukan observasi dengan memakai format observasi.
· Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format Lembar Pengamatan.
Refleksi · Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan yang meliputi evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan.
· Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang skenario, Lembar Pengamatan, dsb.
· Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya.
· Evaluasi tindakan I.
Siklus II
Perencanaan · Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah.
· Pengembangan program tindakan II
Tindakan · Pelaksanaan program tindakan II
Pengamatan · Pengumpulan data Tindakan II
Refleksi · Evaluasi Tindakan II
Siklus-siklus berikutnya
Kesimpulan, saran, dan rekomendasi.
Dalam proposal, tunjukkan siklus-siklus kegiatan penelitian dengan menguraikan indikator
keberhasilan yang dicapai dalam setiap siklus sebelum pindah ke siklus berikutnya. Jumlah
siklus diupayakan lebih dari satu siklus, namun tetap harus memperhatikan jadwal kegiatan
belajar mengajar di sekolah. Dalam rencana pelaksanaan tindakan secara kolaborasi pada setiap tahapan hendaknya digambarkan peranan dan intensitas kegiatan masing-masing anggota peneliti, sehingga tampak jelas tingkat dan kualitas kolaborasi dalam kegiatan tersebut. Untuk membantu informasi apa saja yang akan digali, berikut disajikan beberapa kata tanya kunci:
DAFTAR PERTANYAAN-PERTANYAAN KUNCI
KLASIFIKASI MASALAH
JENIS INFORMASI
CONTOH PERTANYAAN PERSONAL TERKAIT 1 2 3 4
Kegiatan Pembelajaran Prosedural Apa yang seharusnya kita lakukan?
Untuk dan/atau dengan siapa?
Klinis Deskriptif Apa yang terjadi? Siapa saja yang terlibat?
Penyebab Apa penyebabnya? Siapa yang melakukan?
Dampak Menyebabkan apa? Terhadap siapa?
Afektif Apa yang dirasakan? Bagi siapa?
Semantik Apa artinya? Teori apa? Menurut siapa?
Klasifikasi Contoh dari apa? Siapa yang mengklasifikasi?
Komparatif Apa persamaan dan perbedaannya dengan yang lain?
Menurut siapa?
Pernjelasan Mengapa terjadi?
Fenomena ini menunjukkan apa?
Dengan siapa?
Siapa saja yang setuju?
Refleksi Personal Apakah saya senang? Apakah orang lain senang?
Evaluatif Apakah ini baik dan benar?
Menurut siapa?
Justifikasi Mengapa? Siapa yang setuju?
Konteks Kultural Apakah ada klasifikasi lain?
Oleh siapa?
Sosial Apakah ini benar? Menurut siapa?
Dalam proposal (merupakan bagian paling akhir dari proposal), lengkapi dengan jadwal kegiatan yang meliputi persiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan penyusunan laporan hasil penelitian.
Jadwal penelitian disusun untuk memberikan prediksi bagi penulis sendiri dalam memprogram persiapan usulan pengembangan profesi.
Contoh jadwal: .
NO RENCANA KEGIATAN MINGGU KE:
1-2 3-4 5-6 7-8 9-10 11-12
1. PERSIAPAN
Menyusun Konsep Pelaksanaan X
Menyepakati jadwal dan tugas X
Menyusun Instrumen X
Seminar Konsep Pelaksanaan X
2 PELAKSANAAN
Mempersiapkan kelas dan alat X
Melakukan Tindakan Siklus 1 X X
Melaksanakan Tindakan Siklus 2 X X
3 PENYUSUNAN LAPORAN
Menyusun Konsep Laporan X
Seminar Hasil Penelitian X
Perbaikan Laporan X
Penggandaan dan Pengiriman Hasil X
Pada laporan penelitian Bab III tentang metodologi penelitian menurut Sagor (dalam Supardi:144) disebut deskripsi proses penelitian, yaitu peneliti diharapkan mampu menuliskan atau menguraikan langkah-langkah penelitian secara jelas dan padat. Contoh: Kami melakukan pretes kepada semua anak kelas … SD/SMP/SMA Negeri 5 Kota Semarang tentang penguasaan konsep … pada akhir September. Selama bulan Oktober dan November, semua siswa dan guru diharuskan untuk menulis catatan peningkatan atau kemajuan dalam penguasaan konsep setelah siswa diberikan pembelajaran berpendekatan konstruktivistik, termasuk tugas-tugas yang terkait dengan pembelajaran baik yang berlangsung di ruang kelas maupun di luar kelas. Pada akhir Desember, semua siswa diberikan postes. Kami juga melakukan wawancara secara random terhadap 25 siswa. Secara bersamaan pula kami melakukan wawancara melalui telepon kepada para orang tuanya untuk mengetahui introspeksi siswa terhadap penguasaan konsepnya, kesenangan siswa terhadap kegiatan pembelajaran terkait, dan sikap anak terhadap mata pelajaran X. Setiap anggota tim peneliti saling memantau di kelas-kelas untuk melihat secara dekat penerapan strategi (intervensi) pembelajaran yang diterapkan. Akhirnya, kami menganalisis data untuk melihat perkembangan meningkatnya penguasaan konsep . (Supardi,2006:144).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal
Pada bagian ini deskripsikan dengan jelas dan terukur kondisi awal yang menjadi masalah utama yang akan kita pecahkan. Misalnya (Supardi 2008:141): menurut pengamatan peneliti pada Kelas…SMP Negeri 5 Surakarta jumlah siswa yang berani mengungkapkan gagasan tentang cara mengerjakan soal matematika cenderung sedikit yaitu <10%. Data kondisi awal ini lebih baik apabila berupa data primer, namun tidak menutup kemungkinan data sekunder.
Atau bisa juga kondisi awal ini merupakan nilai UH1, sehingga meningkatnya hasil belajar siklus 1 diukur dari UH2 dan hasil belajar siklus 2 diukur dari UH3
B. Deskripsi Siklus I
1. Perencanaan
Karena pada tahapan ini kegiatannya berupa penyusunan rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa dan bagai mana kegiatan tersebut dilakukan (Suhardjono,2008:78), maka dalam laporan penelitian deskripsikan secara rinci rancangan yang telah Anda laksanakan. Pada tahapan ini peneliti menentukan fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat instrumen pengamatan untuk merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. Contoh:
1. Bagaimana Anda merancang isi mata pelajaran, bahan ajar, tugas siswa yang sesuai
dengan teori belajar konstruktivistik, yaitu menciptakan kondisi yang alamiah bagi siswa
sesuai kehidupannya sehari-hari dengan menghargai latar belakang budayanya,
menghargai potensi individual, menuntut tanggung jawab secara personal dari setiap
siswa, dan pentingnya motivasi (http://en.wikipedia.org/wiki/Constructivism_learning_theory).
2. Merancang strategi dan skenario pembelajaran yang juga menggunakan prinsip
pendekatan konstruktivistik dalam kegiatan pembelajaran sesuai butir sebelumnya..
3. Menentukan indikator ketercapaian tindakan yang akhirnya tertuang dalam Bab III butir
G dan menyusun instrumen pengumpulan datanya.
Rancangan dan skenario pembelajaran (atau dalam hal ini tindakan) hendaknya dijabarkan
serinci mungkin sinhingga bisa memberikan gambaran secara jelas
1. langkah demi langkah yang akan dilakukan
2. kegiatan yang seharusnya dilakukan guru
3. kegiatan yang diharapkan dilakukan oleh siswa
4. rincian media pembelajaran dan bahan ajar yang akan digunakan dan cara menggunakannya
5. jenis instrumen yang akan digunakan untuk mengumpulkan data disertai dengan
penjelasan rinci tentang cara menggunakannya.
2. Tindakan
Tahapan ini merupakan fase pelaksanaan dari strategi dan skenario pembelajaran yang telah
dirancang sebelumnya. Rancangan tersebut idealnya sudah di’latih’kan pada diri guru pelaksana tindakan supaya ketika diterapkan di kelas kualitas pembelajarannya sesuai yang diinginkan oleh skenario pembelajaran. Namun demikian kegiatan pembelajaran yang dilakukan harus terlihat wajar, artinya jangan ada suatu perubahan radikal dari situasi pembelajaran keseharian.
Tindakan berupa pembelajaran yang dilakukan oleh Guru adalah kegiatan untuk memperbaiki
permasalahan. Dalam laporan PTK langkah-langkah yang terjadi selama kegiatan pembelajaran diuraikan. Apa yang pertama kali dilakukan? Bagaimana pengorganisasian kelasnya? Bagaimana suasana kelas dengan pengorganisasian itu? Siapa yang mengajar? Siapa observer atau pengambil data?.
Pada saat pelaksanaan tindakan ini, guru harus berupaya agar memberdayakan siswa sehingga mereka menjadi subjek belajar. Tumbuhkan kesadaran, pemahaman, kemampuan dan kemauan belajar (learn how to learn). Mereka harus memiliki budaya belajar karena hanya dengan belajar mereka bisa menjadi agen perubahan bagi dirinya dan orang di sekitarnya.
Selama pelaksanaan tindakan, guru sebagai pelaksana intervensi pembelajaran harus mengacu pada rancangan yang telah dibuat. Untuk itu semua faktor yang memungkinkan untuk terjadinya perubahan yang tidak direncanakan harus dihindari. Upaya ini harus dilakukan untuk mengeliminasi kemungkinan bahwa perubahan yang terjadi hanya kebetulan atau faktor lain yang bukan merupakan tindakan kita.
3. Hasil Pengamatan
Observasi merupakan kegiatan pengumpulan data untuk memotret seberapa jauh efek tindakan mengenai sasaran, atau untuk memantau perubahan yang diinginkan. Pemantauan perubahan inilah yang nantinya akan menjadi bahan yang berguna dalam refleksi. Data yang dikumpulkan tentunya sangat beragam sesuai instrumen yang digunakan, bisa berupa kemajuan nilai yang merupakan indikator meningkatnya penguasaan konsep ataupun hasil belajarnya, bisa juga berupa data kualitatif dentang suasana kelas, fenomena-fenomena yang muncul dari siswa yang disebabkan dari suasana belajar yang dibangun, dsb. Pada bagian ini, peneliti perlu menjelaskan secara rinci jenis data apa saja yang dikumpulkan, cara mengumpulkan data dan semua jenis instrumen yang digunakan. Ingat, jangan sampai memberikan deskripsi refleksi pada bagian ini, karena belum saatnya.
4. Refleksi
Refleksi adalah suatu kegiatan yang mengulas secara kritis tentang perubahan yang diharapkan telah terjadi atau belum. Perubahan ini menyangkut siswa, suasana kelas, cara guru mengajar, interaksi siswa dengan materi, interaksi siswa dengan siswa, interaksi siswa dengan guru, intensitas dan kualitas interaksi, dsb. Pada tahapan ini guru menjawab semua pertanyaan seperti yang tertera pada pertanyaan-pertanyaan kunci yang ada pada bagian sebelumnya dari tulisan ini.
Sesungguhnya di sinilah perlunya dilakukan kolaborasi dengan peneliti atau rekan sejawat
supaya refleksi yang dilakukan lebih menyeluruh, cermat, dan obyektif. Dari hasil refleksi ini
akan disusun rencana siklus selanjutnya yang berupa perbaikan-perbaikan dari semua kelemahan yang terjadi pada tindakan siklus 1 dengan meningkatkan kualitas keberhasilan di siklus sebelumnya.
Melalui kegiatan refleksi diharapkan terjawab berbagai pertanyaan seperti:
1. Apa yang telah diperoleh selama kegiatan berlangsung untuk meningkatkan
profesionalisme guru ataupun peneliti?
2. Apakah kegiatan yang telah dilakukan telah memperbaiki kualitas pembelajaran?
3. Seberapa jauh peningkatan kualitas pembelajaran yang telah terjadi berdampak pada hasil
belajar ataupun kompetensi siswa?
4. Apa tindak lanjut kita supaya terjadi peningkatan kualitas pembelajaran yang
berkelanjutan?
C. Deskripsi Siklus II
1. Perencanaan
2. Tindakan
3. Hasil Pengamatan
4. Refleksi
D. Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus
Pada bagian ini ringkaskan hasil penelitian dari seluruh siklus dan semua aspek yang menjadi
konsentrasi penelitian kita. Deskripsi yang diberikan bisa dilengkapi tabel dan grafik atau tabel dan grafiknya bisa ditulis di lampiran. Bahas juga setiap aspek perubahan dan perbaikan yang terjadi, dan bila yang terjadi sebaliknya maka perlu adanya deskripsi penyebab atau alasan yang logis dan rasional. Apabila didukung dengan deskripsi teoritis yang ada, maka akan menambah kualitas pembahasan.
E. Hasil Penelitian
Hasil penelitian pada bab ini pada dasarnya merupakan hasil penelitian yang diperoleh melalui kebenaran empirik. Kebenaran secara teoretik berupa hipotesis sudah diajukan pada bab II.
Secara teotetik kebenaran diperoleh dari pengembangan kajian teori, kerangka berpikir dan
finalnya pengajuan hipotesis. Secara empirik kebenaran diperoleh dari hasil analisis data yang diperoleh dari bab III dan bab IV, sehingga hasil penelitian pada bab IV ini merupakan
kebenaran secara empirik.
Ingatlah konsistensi dengan bab-bab sebelumnya. Artinya isi kesimpulan ini harus sesuai dengan permasalahan, tujuan penelitian, dan menjawab kebenaran hipotesis atau tidak. Jadi dalam contoh kita apakah peningkatan pemahaman konsep secara realitas terjadi? Jika tidak apa penyebabnya? Apakah ada peningkatan hasil belajar siswa? Seberapa peningkatannya? Jika tidak terjadi peningkatan apa penyebabnya? Apakah implementasi pendekatan konstruktivistik dalam pembelajaran bisa dilakukan? Apa kendala pelaksanaannya? Temuan penting apa yang Anda peroleh selama mengimplementasikan pendekatan tersebut? Semuanya deskripsikan dengan jelas dan lengkap dalam bagian ini.
BAB V.
PENUTUP
A. Simpulan
Pada bagian ini kemukakan simpulan hasil penelitian pada bab sebelumnya dengan
memperhatikan perumusan masalah dan tujuan penelitiannya. Misalnya:
1. Implementasi pendekatan konstruktivistik dapat meningkatkan pemahaman konsep ….
2. Implementasi pendekatan konstruktivistik dalam kegiatan pembelajaran dapat
meningkatkan hasil belajar dari nilai rata-rata … (siklus 1) meningkat menjadi ….(siklus
2) dst.
3. Implementasi pendekatan konstruktivistik dapat dikembangkan menjadi model
pembelajaran yang mampu meningkatkan penguasaan konsep ….
B. Implikasi/Rekomendasi
Pada bagian ini deskripsikan dampak teoritis terhadap perkembangan ilmu dan penelitian. Dapat juga digambarkan dampak penerapan praktis dalam pemecahan masalah dan penyusunan kebijaksanaan. Jadi implikasi yang dimaksudkan di sini adalah penerapan hasil penelitian dalam kebijakan, yang dilanjutkan dengan rekomendasi yaitu saran yang lebih bersifat kebijakan (lebih bersifat teknis) yang perlu dilakukan.
C. Saran
Saran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian:
1. Saran untuk penelitian lebih lanjut. Uraikan keterbatasan penelitian Anda, kemudian
sarankan (Contoh)
2. Penelitian lebih lanjut tentang implementasi pendekatan konstruktivistik dalam kegiatan
pembelajaran untuk meningkatkan penguasaan konsep.
3. Dalam penelitian lanjutan validasi instrumen disarankan untuk ditingkatkan karena dalam
penelitian Anda validasinya belum memadai.
4. Saran untuk penerapan hasil penelitian, (Contoh)
5. Implementasi pendekatan konstruktivistik dalam kegiatan pembelajaran untuk KD yang
sesuai.
6. Pentingnya penguasaan konsep secara tuntas, bukan fakta-fakta yang terpisah-pisah.
7. Pengembangan berbagai model pembelajaran yang berpendekatan konstruktivistik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research-CAR).
Dalam Arikunto, Suharsimi dkk. (Eds). Penelitian Tindakan Kelas (hlm. 1-41). Jakarta:Bumi
Aksara.
Suhardjono. 2008. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Kegiatan Pengembangan Profesi Guru.
Dalam Arikunto, Suharsimi dkk. (Eds). Penelitian Tindakan Kelas (hlm. 43-98). Jakarta:Bumi
Aksara.
Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Beserta Sistematika
Proposal dan Laporannya. Dalam Arikunto, Suharsimi dkk. (Eds). Penelitian Tindakan Kelas
(hlm.99-148). Jakarta:Bumi Aksara.
UM. 2003. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang:Universitas Negeri Malang.
Wikipedia.13 Desember 2008. Constructivism (Learning Theory). Wikipedia, The Free
Encyclopedia.(Online). (http://en.wikipedia.org/wiki/Constructivism_ (learning_theory)).
Diakses tanggal 19 Desember 2008).
Wikipedia.16 Desember 2008. Theory of Cognitive Development. Wikipedia, The Free
Encyclopedia.(Online). (http://en.wikipedia.org/wiki/Theory_ of_ cognitive_development.
Diakses tanggal 19 Desember 2008).
( Diposkan kembali oleh : agus.3108 )

funika

Latest Science News -- ScienceDaily

NSF Discoveries

MP3

Music and Entertainment

WN.com - Antara News

SUARAMERDEKA.com - Berita dan Informasi Jawa Tengah

Hoby